Selamat Datang di Blog FKAC for IPNU

Kamis, 29 Juli 2010

UNDANGAN

Silaturrahmi FKAC ke-3 di PC IPNU Kota Banjar
Hari : Sabtu-Ahad
Tanggal : 31 Juli - 01 Agustus 2010
Tempat : Ponpes Miftahul Hidayah Cipantaran Kecamatan Banjar Kota Banjar

Sekaligus Agenda PC IPNU Kota Banjar : "Baksos Tes Golongan Darah 999" di 4 Kecamatan, 5 Desa, 9 Dusun (999 orang), MAKESTA, dan pembentukan PAC.

Kamis, 15 Juli 2010

Ketu PC. IPNU Sumedang

PRIBADI
1. Nama Lengkap : Acep K. Hidayat Susanto
2. Tempat Lahir : Sumedang
3. Tanggal Lahir : 20 Februari 1985
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Hoby : Membaca, Nonton
7. Alamat : Jl. Sindangsono No.05 RT/RW. 05/01 Desa Cacaban Kec. Conggeang 45391 Kabupaten Sumedang Jawa Barat
8. Tlp./HP : 085222215202
9. E-mail : chevy.gorbachev@gmail.com
10. Web : http://acepkh.blogspot.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Cacaban di Conggeang (lulus 1997)
2. SMP NU Sukamantri di Tanjungkerta (lulus 2000)
3. SMAN Tanjungkerta di Tanjungkerta (lulus 2003)
4. FKIP UNS Surakarta (Program Sertifikasi) 2004
4. STMIK Sumedang

PENDIDIKAN NONFORMAL
1. TPA AL-MA'ARIF Cacaban Conggeang
2. MDA AL-HIKAMUS SALAFIYYAH Conggeang
3. PP. AL-HIKAMUSSALAFIYYAH Tanjungkerta

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekolah / Kampus
a. Pratama Pramuka SDN Cacaban (1996)
b. Ket. I OSIS SMP NU Sukamantri (1998
c. Pinru Pramuka SMP NU Sukamantri(1998)
d. Ketua PMR Madya SMP NU Sukamantri (1999)
e. Ketua Ekskul KSH (Kelompok Studi Holtikultura) 2000
f. Pradana DA SMAN Tanjungkerta(2001/2002)
g. Ketua MPK SMAN Tanjungkerta (2001/2002)
h. Direktur UKM RPM (Riset dan Pengembangan Mahasiswa) STMIK Sumedang (2004/2005)
i. Wakil Ketua Senat Mahasiswa STMIK SMD (2005)
j. Ketua Senat Mahasiswa STMIK Smd (2007-2008)

2. Ormas/OKP
a. Kabid Tekpram DKR Tanjungkerta (2003-2004)
b. Ketua Umum IPNU Tanjungkerta (2003-2005)
c. Anggota Bid. Tekpram DKC Sumedang (2004-2005)
d. Sekretaris DKR Tanjungkerta (2004-2005)
e. Ketua DKR Tanjungkerta (2006-Sekarang)
f. Kabid Tekpram DKC Sumedang (2006-2007)
g. Sekbid PPO PC. IPNU Sumedang (2006-2009)
h. Sekum GP Ansor Tanjungkerta (2006-2009)
i. Wakil Sekretaris DKC Sumedang (2007-2010)
j. Sekjen GPM Gibas Sumedang (2007-2009)
k. Sekum Karang Taruna Tanjungkerta (2007-sekarang)
l. Sekjen KMNU Sumedang (2007-sekarang)
m. Ketua FKMS (2007)
N. Anggota IMA AMS (2007-Sekarang)
0. Kabid PPD Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sumedang (2010-sekarang)
P. Ketua PC. IPNU Kab Sumedang (2009-sekarang)
q. Pengurus Bidang IT Badan Futsal Daerah (BFD) Kab. Sumedang (2009-Sekarang)

RIWAYAT PEKERJAAN
1. Kepala TU MTs Al-Hikam Tanjungkerta (2003-2005)
2. Kepala TU MA Al-Hikam (2005-2007)
3. Staf Pengajar MA Al-Hikam (2005-Sekarang)
4. Staf Pengajar MTs Al-Hikam (2003-sekarang)
5. Wakasek Kesiswaan MTs Plus Al-Hikam (2009-2010)
6. Kepa TU SMP NU Sukamantri (2009)
7. Kepala Lab. Komputer MA Al-Hikam 2010- Sekarang

Sabtu, 03 Juli 2010

FKAC MEMBANGUN

Seiring dengan dewasanya pergerakan IPNU. maka sudah saatnya IPNU memberikan karya yang nyata terhadap bangsa dan negara.
Sekala pioritas harus segera dibuat dengan lebih rasional dan relevan dengan pola gerakan menyentuh terhadap masyarakat. karna kondisi berpikir masyarakat sekarang ini sudah mengarah kepada berpikir indipidualistik. maka akan sangat sulit sekali ukhuah itu terjadi manakala masyarakat suhah berpikir ke arah yanglebih pragmatis.
FKAC. adalah Forum yang ingin lebih mendewasakan diri didalam dunia pergerakan, dimana pola kemandirian lebih diutamakan. dan pembelajaran bagaimana menciptakan sosok yang bertanggung jawab, bukan hanya secara akidah akhusunah waljamaah saja tetapi juga mengimbanginya dengan tatanan kehidupannya.melalui kemandirian ekonomi merakyat dan bersentuhan dengan masyarakat secara langsung memakai sistem saling menguntungkan. dijamin IPNU kedepan bukan hanya di bibir belaka.

Kamis, 03 Juni 2010

Catatan Tentang Kaderisasi


Oleh: Asep Irfan Mujahid*

Dilihat dari segi usia IPNU sudah memasuki usia setengah abad lebih. Tentu usia tersebut sudah lebih dari cukup untuk mengukur sebuah kemapanan. Sebagaimana dalam siklus kehidupan manusia, usia paruh baya memiliki posisi penting dalam kehidupan, karena tuntutan mencetak “regenerasi keturunan” yang lebih berkualitas untuk masa yang akan datang. Apabila hal ini diabaikan, maka rangkaian cerita yang lebih mirip dongeng hanya akan menghiasa lembaran generasi sesudahnya, itupun kalau perjalanan hidup yang ditempuhnya “layak” diangkat menjadi sebuah cerita.

Gambaran tersebut tentu tak jauh berbeda dengan IPNU hari ini. Sebagai organisasi yang memasuki usia paruh baya seharusnya lebih mempertajam diri menganalisis berbagai perkembangan khususnya dalam lingkup dunia kepelajaran, karena ini akan menentukan apakah organisasi ini “layak atau tidak” disebut sebagai garda terdepan dalam kaderisasi NU dan bangsa ini. Sebagai bagian dari NU tenttu IPNU selalu merasa sebagai garda terdepan dalam kaderisasi. Hal ini sangatlah wajar karena memang secara konstitusional terangkum dalam AD/ART NU. Tapi perasaan “terdepan dalam kaderisasi” saja tidak cukup, bagi setiap level struktur IPNU yang belum sepenuhnya concern terhadap kaderisasi, karena harus diiringi langkah nyata dalam proses kaderisasi itu sendiri. Langkah tersebut tidak mesti secara kaku mengikuti panduan “tekstual” kaderisasi yang selama ini ada, karena tehnik operasional dari sebuah kaderisasi tidak terbatas pada panduan tersebut. Panduan hanya sebatas memandu proses kaderisasi dengan format sebuah forum, dengan harapan standarisasinya dapat diukur dan sertifikasi kader yang diproduksi jelas, meski kondisi didaerah “agak” sedikit berbeda.

Ini sebetulnya masalah klasik dalam proses kaderisasi. Artinya masalah tersebut telah lama diperbincangkan dan muncul dalam rentang waktu yang cukup lama, setidaknya telah dialami beberapa generasi dan menjadi perbincangan yang hangat. Perbincangan yang menghangat idealnya harus menumbuhkan inspirasi baru dalam menata langkah kaderisasi yang lebih baik untuk semakin membumikan aswaja. Jangan sampai pengurus IPNU disetiap tingkatan minim “kesadaran dalam kaderisasi”, sehingga organisasi terkesan hanya sebatas “event organizer” yang berorientasi pada hal-hal “recehan” naudzubillah.

Istilah sunda; “dipanjang-panjang kalah matak nyogok, dipondokeun kalah matak nyugak” artinya manakala semakin dibahas secara panjang dan detail, apabila masih menggunakan “kekuatan otak” hanya akan menghasilkan penilaian secara otak saja. Tapi ketika emosi dilibatkan dan kekuatan hati yang berbicara, maka hasil dari sebuah kaderisasi akan semaki luar biasa, Insya Allah.

Sebagai orang NU kita diamanatkan untuk selalu berikhtiar dalam mencapai sesuatu. Serumit apapun masalahnya, selama kita berikhtiar tentu jalan untuk mengatasinya pun insya allah akan terbuka. Oleh karena itu, sebagai bagian dari ikhtiar untuk membumikan IPNU, NU, Aswaja, kita perlu membangun  3 tonggak pengkaderan secara seimbang, yakni ontologi, epistimologi dan aksiolologi pengkaderan. Bangunan ontologi ini sangat penting untuk menanamkan ide Ahlusunnah wal Jamaah (Aswaja) ke dalam pemahaman para kader IPNU. Epistimologinya menjelaskan sistem dan mekanisme apa yang harus di lakukan untuk menjelaskan ide-ide ke-NU-an dan ke-Aswaja-an. Kemudian secara aksiologi berusaha mengimplementasikan dalam praktek pengkaderan.

Pertanyaannya sampai saat ini bangunan yang mana sajakah yang telah kita capai? Ontologi? Epistimologi? Aksiologi? Atau belum sama sekali?

Tinggal kembali pada diri masing-masing sebagai kader IPNU, karena ini bukan hanya tugas ketua, sekretaris, bendahara, atau jajaran pengurus tertentu. Ini tugas bersama sebagai kader IPNU, karenanya curah ide dan gagasan harus semakin intens dibangun antar sesama kader IPNU, itu bisa menumbuhkan inspirasi dan inisiasi yang bersifat local yang lebih kaya, progressif dan relevan dengan tuntutan kebutuhan daerah. Semoga apapun yang dilakukan kader IPNU untuk menghidupkan organisasi benar-benar dengan I’tikad membangun peradaban NU-Aswaja, dengan semangat belajar, berjuang bertaqwa. Amiin!

*Penulis adalah kader IPNU biasa/jalmi ipis teu aya banda jeung pangaweruh!!

Rabu, 02 Juni 2010

Undangan Seminar Pendidikan

Undangan Seminar Pendidikan

PW IPNU mengundang Rekan2 PC se Jabar unt bisa hdir pd Seminar Pendidikan "Harapan dan Kenyataan Pendidikan di Jabar". Hri Kamis, tgl 3 juni. Jam 8.30 Wib, bertempt di Uninus (jl. Soekarno-Hatta, Bandung)

Antara Hasrat Kaderisasi dan Raport Merah Bagi Sang Anak

IPNU punya cerita...
(Derz Nur Al-Rahman)
Kaderisai ,
Di suatu daerah sana para pelajar NU yang tergabung dalam IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul `Ulama) lagi dalam masa pertumbuhan, klo ibarat manusia.....karena IPNU disana baru berdiri 2 periode. Suatu ketika ditengah para kadernya sangat agresif dalam kancah gerakan, terutama dalam wilayah kaderisasi hasrat dan giroh perjuangan sangat melekat dan menjadi darah panas yang selalu mengalir deras ditengah terpaan masalah kalsik (pendanaan) yang sudah biasa menerjang setiap perjuangan organisasi yang berlabelkan NU, hanya lantunan do`a Kyai yang menjadi modalnya.
Hasratnya semakin lama semakin menggebu hingga berada pada titik kulminasi yang tterbingkai pada visi-misinya "Mem_bumi_kan IPNU sebagai organisasi pelajar NU" akhirnya setahap demi setahap hasrat itu dilakukanya...
Raport Merah Bagi Sang Anak,
Ditengah gencarnya mengekplorasi hasrat itu, namun pada akhirnya situasi yang tidak diharapkan (Apes) menimpa juga pada kader-kader NU tersebut dengan pemberian raport dengan nilai merah dari sang Bapak (NU)....
Menjelang peringatan 40 hari wafatnya guru bangsa (KH.ABDURAHMAN WAHID) para kader muda NU itu mempersiapkan diri untuk bisa memperingati dan sekaligus bertekad untuk meneruskan cita-cita yang sering di sapa GUSDUR, melalui kaderisasi  dengan tujuan membentengi dan mempersiapkan Pelajar NU dari pengaruh sindrome wahabiyah...
Dengan MODAL wejangan (jape-jampe) Kyai dan Bapa akhirnya kegiatan itu di setujui sekaligus dilaksanakan...walaupun sebetulanya hari akhir kegiatan itu bentrok dengan pelantikan Bapa(NU),,,,
Nah justru ini yang menariknya.....
Akhirnya para kader muda itu (apes) mesti puas dengan pemberitaan di majalah akan kesuksesan dan sambutan kagum dari tokoh masyarakat sekaligus dapat nilai merah di raport dari sang Bapa, gara-gara Acara Bapak tidak di muat di majalah...hehehe
Jadi salah sipa ya?????

Astagfirullah......

Selasa, 01 Juni 2010

IPNU, Pengkaderan Atau Mati...!!!

IPNU, Pengkaderan Atau Mati...!!!
 Oleh : Acep K. Hidayat Susanto

Ketika kami di daerah melakukan kegiatan ke-IPNU-an, banyak hal yang menarik yang sebetulnya perlu kita diskusikan lebih lanjut. Betapa tidak, hal yang menggelitik yang mungkin dianggap lucu bagi kita, namun sebetulnya hal itu patut dijadikan bahan renungan.

Setiap melakukan kegiatan, seperti biasanya kami tidak lupa untuk memasang panji IPNU dan juga NU. Apabila tidak kita branding sepanjang jalan, minimal tempat/arena acara tidak luput dari bendera-bendera organisasi yang selalu berkibar menghiasi tempat kegiatan. 

Ada cerita menarik, suatu saat ada panitia lokal (calon kader IPNU) pada kegiatan pengkaderan yang sedang memasang bendera IPNU, tanpa disadari terdengar ada ibu-ibu yang mengatakan hal yang kita duga. Dengan nada sunda yang khas ibu itu berujar "Naha jang, tos tereh nyontreng deui nyah?". sedangkan ibu yang lainnya menimpali "Ujang, ari IPNU teh Partai nomer sabaraha  tea etateh?". Dan dengan senyuman dan tanpa berkata apa-apa, si panitia lokal itu pun berlalu (karena rupanya diapun belum tahu sebetulnya makhluk apakah IPNU itu).

Cerita diatas sungguh bukan cerita lucu, atau bahkan dongeng sebelum tidur, tapi sungguh, kisah diatas adalah nyata yang membuat kita mungkin bertanya tanya, Benarkah IPNU itu organisasi besar? apabila ya, sebesar apakah? Jangankan Mengenal IPNU, mengenal NU pun mungkin hanya orang-orang tertetu saja.

Tidak salah, apabila Nahdlatul Ulama membebankan pengkaderan sebagai tugas dan Garapan IPNU, bahkan IPNU dijadikan sebagai garda terdepan Pengkaderan NU. Betapa Tidak, dua puluh atau tiga puluh tahun kedepan yang akan menempati posisi NU adalah anak-anak hari ini, dan apabila anak-anak  tersebut tidak diperkenalkan dengan NU sejak dini, maka apa jadinya organisasi NU (yang katanya organisasi terbesar se-Indonesia bahkan se-dunia) ini kedepannya, mungkin NU hanyalah tinggal sebuah nama dan sebuah cerita saja. Naudzubillah.

Oleh karena itu, Komitmen IPNU dalam pengkaderan/kaderisasi perlu di realisasikan di setiap hierarki/ tingkatan organisasi dengan partisipasi dari seluruh elemen warga nahdliyin, karena apabila hal itu (pengkaderan-red) di acuhkan atau bahkan ditinggalkan, maka akan berdampak "sistemik" bagi kelangsungan organisasi IPNU dan NU di masa yang akan datang. Wallahu a'lam !